Budak berteriak, merasa bingung dan tertekan akan suatu rasa yang bukan tanggung jawabnya. sang raja dan ratu retak otak kebingungan, bagai remaja yang sedang pendekatan dengan lawan jenis namun kehabisan pulsa. Ya ini semua tentang saldo, Goals, dan kebanggaan. (Maaf, kesombongan maksudnya).
Terkagum akan sebuah gelap hawa iblis yang memukau di ruangan. siang menjadi sedih dan malam kebahagian. itu yang dirasakan kurang lebih 12 pejuang kemerdekaan bawah tanah. Silih berganti dengan cepat manusi demi manusia, menyerah ikut jadi pejuang.
tersisa 12 manusia dengan 1 makhluk putih didalamnya yang kini mulai menghitam atas tinta jahat yang tertetes. "Bajingan" kami berteriak. "Bangsat" kalimat wajar yang terdengar. Kecewa dan tangis dalam hati sudah lumrah, apa ini yang disebut kehidupan normal?
Menyatu kuat di bawah, namun lemah di atas, konsepsi revolusi kecilpun terfikir dari kami para budak yang menjadi pejuang. penyakit harus disingkirkan, namun terhalang dengan kuman kuman besar. Keluh kesah menjadi lumrah dan hal biasa. Ya, Biasa jika masih dalam tahap wajar.
Kondisi mengeruh kala saldo tak penuh, semua dilimpahkan kembali pada budak yang dianggap tak mampu. Malam sangat mengenal kami dan kami sangat mengenal dini hari. Adzan subuhpun sering menemani. kami hanya mendapat apresiasi dari sebuah kotak kecil tempat meletakan jempol yang selalu berkata "terimakasih" kotak kecil yang lebih manusiawi dari manusia rasanya.
Hingga kapan subjektivitas dipertahankan? hingga tuhan yang berjalan mungkin.
Sedikit cerita dari 5 tahun bertualang.
Salam Dingin