Rabu, 08 Maret 2017

Genting! Saldo dan Kesombongan!


Sebuah keadaan terjadi di depan mata. Ya, keadaan dimana semua terlimpahkan, keluar dari septic tank dan diguyurkan pada yang teranggap budak. Bagai raja dan ratu terlelap dan bersolek di banyak waktu yang di inginkan.

Budak berteriak, merasa bingung dan tertekan akan suatu rasa yang bukan tanggung jawabnya. sang raja dan ratu retak otak kebingungan, bagai remaja yang sedang pendekatan dengan lawan jenis namun kehabisan pulsa. Ya ini semua tentang saldo, Goals, dan kebanggaan. (Maaf, kesombongan maksudnya).

Terkagum akan sebuah gelap hawa iblis yang memukau di ruangan. siang menjadi sedih dan malam kebahagian. itu yang dirasakan kurang lebih 12 pejuang kemerdekaan bawah tanah. Silih berganti dengan cepat manusi demi manusia, menyerah ikut jadi pejuang.

tersisa 12 manusia dengan 1 makhluk putih didalamnya yang kini mulai menghitam atas tinta jahat yang tertetes. "Bajingan" kami berteriak. "Bangsat" kalimat wajar yang terdengar. Kecewa dan tangis dalam hati sudah lumrah, apa ini yang disebut kehidupan normal?

Menyatu kuat di bawah, namun lemah di atas, konsepsi revolusi kecilpun terfikir dari kami para budak yang menjadi pejuang. penyakit harus disingkirkan, namun terhalang dengan kuman kuman besar. Keluh kesah menjadi lumrah dan hal biasa. Ya, Biasa jika masih dalam tahap wajar.

Kondisi mengeruh kala saldo tak penuh, semua dilimpahkan kembali pada budak yang dianggap tak mampu. Malam sangat mengenal kami dan kami sangat mengenal dini hari. Adzan subuhpun sering menemani. kami hanya mendapat apresiasi dari sebuah kotak kecil tempat meletakan jempol yang selalu berkata "terimakasih" kotak kecil yang lebih manusiawi dari manusia rasanya.

Hingga kapan subjektivitas dipertahankan? hingga tuhan yang berjalan mungkin.

Sedikit cerita dari 5 tahun bertualang.

Salam Dingin


Sabtu, 24 September 2016

Saat Pikau Bercampur Banyak Warna

"Ya, dunia berubah." Ini awal kalimat untuk tulisanku kali ini. Sudah lama rasanya aku hanya pusing pada kerjaan hingga tak ku tengok "page" putih yang biasa menjadi tempatku bercerita. Hingga detik ini selepas aku sedikit jelajahi dunia digital.

Ku tengok 1 tempat yang sangat hebat, mampu membuatku tertawa dan mampu seketikaku menangis menengok isinya.

Layaknya lembar surat hitam yang kubaca namun tiap kalimat memiliki warna yang berbeda. Ada dua warna disana, hitam dan putih. Jelas aku menangis haru bahagia saat melihat apa yg ada dari tinta putih. Sebaliknya isi yang di berikan tinta hitam, membuatku tertawa perih nikmati salah dan sadari kurangku.

Keduanya, kutetes airmata. Ya, sama! Mataku yang minus tak henti untuk fokus, jari jempolku yang luka saatku jatuh semangat mengayuh layar sentuh.

Terus, terus dan terus.. ku baca hingga ku siapkan alat yang kupakai hangus. Sembari ku lap ingus, kisahku terhenti di awal cerita kembali.

Dan ku sadari, aku tak salah prediksi bahwa kau memang diciptakan dari tanah surgawi.

Aku siap menanti seperti ini dan terus berjuang tanpa mati. Dan ku akhiri tulisan ini dengan "Ya, dunia berubah."

Minggu, 22 November 2015

Tak terdengar

Sirine terus berbunyi
Iringi langkah bak bayangan
Terdiam seakan mendengar
Bak lagu haru kau tertunduk

Sirine terus mencoba berkabar
Infokan bahaya dengan gambaran yang kekar
Deskripsikan lembar demi lembar
Namun, apakah lembaran usai terbakar

Hujan tak mampu padamkan
Ku tambah nyalakan keran
Tak berperan, ku tiup menambah tekanan
Tak mampu ku tekan dengan pompa hingga mengucur mapan.

Reda teriak seorang anak.
Reda sang api dan meninggalkan kerak
Kerak lembaran deskripsi yg masih menguak
Yap, kukumpulkan untuk kembali kudeskripsikan dengan tenang.

Senin, 09 November 2015

"Perjalanan"

Bahasa mendayu terlantun sembari tertatih,
Layaknya layangan yang sudah berlubang dan tak gigih,
Oleng pikiranku,
terpana keberbagai arah,

Merinding bak di celupkan ke 500 meter kedalaman laut,
Semakin gelap dan dingin,
Tekanan semakin dalam tanpa pengaman,
Inilah Perjalanan!

Seiring, sejalan, berjalan mendekat sang surga,
Tak hanya itu, percikan panas bumipun menemani,
Sulit ku meraih surga nan dekat,
Dinginkan panas bumi dahulu, baru bisa kumelangkah lagi

Awal perjalanan selalu mudah,
Banyak yang terbiasa hingga saat sang penghancur datang, bingung
Luluh lantah dahulu untuk kembali maju ke step selanjutnya,
Namun, tak sedikit yang dia tak terbuai dengan aingin surga di awalnya.

Apalah Aku

Diawali dengan tawa,
Selintas bahagia namun beda pahamnya,
Layaknya laut nan biru tua, indah namun dalam,
Mengejutkan, dan Apalah Aku yang tak sengaja tenggelam.

Mencoba untuk menjadi Perasa,
Salah!
Ya, salah dan kemudian kurasakan aku yang salah,
Hati bak di gandrungi kisah abu-abu,
Apalah aku dalam ombak kebingungan.

Dikatakannya, BENAR!
Ya, tiada kata lagi yang mampu menghambatnya,

Hembusan angin panas mendera,
Kibasan air laut pasang menerpa,
Muntahan larva siap melahap,
Terdiam, membelalak menatap matahari, ingin menahan namun tertetes air garam dari bola kristal tuhan.

Cinta, problematika,
Satu kesatuan erat yang seharusnya diterima manusia,
Layaknya aku yang mau menerimanya,
Namun, Apalah Aku nan tak "Bernyawa"

Minggu, 08 November 2015

Agency Undercover

Lo semua pasti tau sekarang iklan dengan konsep keren bertebaran dimana-mana, dari TV, Youtube dan nggak sedikit yang di share di path yang terhitung personal media (soalnya ada batasan dalam jumlah friendnya).
Dulu gue adalah manusia yang memilih jurnalistik karena menganggap data di cari dan disampaikan itu keren, dan beberapa kali nyoba jadi wartawan ternyata capek banget! ya capek! pahamkan capek? 
Oke, lanjut, seiring berjalannya waktu gue sering liat iklan di dunia yang tak nyata namun terasa ada (maya) dari iklan ala insurance-nya thailand yang menurut gue nomer 1 nyentuhnya, sampai iklan iklan keren dari brand minuman bersoda, terus iklan "Jayus" dari brand jamu jamu penangkal angin, dll.
Nggak sekedar dunia maya, banyak billboard yang keren banget kontennya gue sering liat di jalanan dari Jakarta sampai Bekasi ( ya, kota yang emang jauh dari peradaban kuno bahkan terlalu modern ). dari iklan rokok sampai vitamin anak ada di berbagai billboard dengan konsep yang tidak biasa, ada juga sih yang standar standar aja menurut gue.
Menarik ya advertising? "he eh" jawaban gue saat itu, di ketidak tahuan gue siapa sih yang bikin iklan gituan, kok kreatif ya?, susah nggak ya? Nah, usut punya usut ternyata sebutan perusahaan yang bikin iklan iklan dari bentuk digital, tvc sampai event itu namanya AGENCY. Ya, pekerjanya juga disebut "anak agency" (jaelah). Gambaran anak agency kurang lebih adalah pekerja yang ke kantor dandanannya kayak mau kondangan atau mau ke mall bahkan ada yang kayak anak kuliah mau ke kampus juga ada.
Dari gambaran pekerjanya kayak apa dan hasil kerjanya yang keren keren, gue coba masuk ke dunia agency khususnya digital agency yang menurut gue surga buat gue, but, itu dulu.
Disini semua dimulai, mulai melihat, merasakan, mendengar dan nggak sedikit yang terlihat menangis.

Bersambung....

Senin, 24 Agustus 2015

"Indahnya" Jakarta

(image by artmeenan.blogspot.com)


Sudah lama mata menjadi lensa, namun lengan ini tak sempat menjadi printer yang mencetak apa yang terekan lewat lensa. Yap, kali ini kesempatan datang disela pekerjaan. Kan ku ceritakan apa yang lensaku lihat 3 minggu yang lalu.

Kita mulai dari Jakarta. Ya, Kota besar yang selalu di Idamkan para perantu sebagai arena "perjudian" mempertaruhkan diri berlandaskan peruntungan. Banyak sekali yang berkata "Wah penak nang Jakarta" "Sugeh" "Uange akeh" dll. Bener?

Kata itu luntur kala kamu yang di daerah sana melihat apa yang kurekam dan kutuangkan melalui huruf demi huruf ini.

2 Minggu lalu, tepatnya malam sabtu selepas aku menjalankan tugasku. Berkendara roda 2 tentunya di daerah Jakarta Selatan, tempat dimana lampu selalu menyala, pesta dimana-mana, dan anak muda yang berkendara malam hari tanpa helm.

Lampu merah sangat kuingat kala itu 99detik berdetak 2x intinya sih 198 detik. Kutengok sekeliling, terlihat penerobos lampu merah, mobil yang bergerak dengan kecepatan tinggi nampak tak ragu untuk menabrakan diri pada penerobos lampu merah. Dilain sisi terlihat abang tukang Bajaj yang terlihat letih masih mengantar penumpang.

Tengokpun terhenti di satu sisi jalan. Yap, standart banget berhenti di trotoar jalan, menariknya disini adalah ada 2 anak kecil yang laki-laki berumur kurang lebih 5-6tahun dan anak perempuan sekitar 2tahun, mereka tertidur hanya berbaju tipis beralaskan kardus bekas serta beratapkan daun daun kecil pohon pinggir jalan. Timbul pertanyaan, "kemana orang tua mereka?". 2 menit sudah berada disana tak sedikitpun terlihat wajah orang tua mereka, padahal kala itu pukul 1 dini hari dengan suasana udara dingin sehabis hujan.

Dari gambaran lensaku tadi kembali kutanyakan "Indahnya" Jakarta itu dimana sih? banyak banget yang bilang Jakarta itu enak bahkan seakan layaknya surga dunia. Dan pertanyaan terakhir, apa ada cara membuat Jakarta menjadi surga? bagaimana? gerakan apa yang bisa?. Sampai detik ini aku sendiri belum tahu.



Hafizh