Dalam penjara gelap namun terlihat cahaya dari jendela kecil berwarna kebiruan. Laraku senandungkan lagu sendu, bercerita kala kurasakan dingin dan hampir beku. Kala kucoba menahan emosi bercampur rindu karena kau dekat terlihat namun jauh terasa dalam kalbu ini.
Hei sang muntahan larva hati, engkau begitu merah dan mencolok, membuatku tertarik ingin lebih dekat, walau kutau ku akan rasakan "panas".
Rasa ingin yang tertahan, memenjarakan dalam ruang gelap, ruang yang membuatku semakin sulit mendekatimu. Sedikit cahaya imajinasi yang berhasil kuciptakan dari membayangkanmu, cahaya dari gagasan otak tersebut bagai cahaya dari jendela kecil yang membantu menerangiku di ruang ini.
Perlahan terlihat buram, namun dengan perlahan pula kau semakin nampak pergi acuh, bahkan tak menoleh padaku di ruang gelap ini. Aku berusaha menghancurkan belenggu yang tertutup gelapnya bayang ini, ku teriakan emosi hingga luluh lantah suaraku bergema di ruangan ini. Namun apa? Ternyata terjebak dalam ruangan sakti dan gelap ini membuat suaraku tak terdengar dan redup dari luar.
Sejenak aku diam, sendiri merasakan ketenangan, perlahan gunakan logika dan memperkuat logika, hingga aku sadar, sadar terbelenggu dalam ruang hati yang gelap, tertutup rajutan rasa kalut.
Aku berteriak dengan lantang tentang siapa yang dapat mengeluarkanku dari ruangan ini, Tak ada yang menjawab. Diamku cukup lama dan aku tau, ruangan gelap ini adalah hatiku yang tertutup rajutan kekalutanku, maka aku harus merobeknya sendiri dengan kemampuan logikaku.
Selamat tinggal ruangan gelapku, bersiaplah untuk ku tinggalkan dan kuhancurkan, namun akan tetap kejadikan kenangan, untuk pelajaran di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar