2 hari sudah aku berpindah tempat kos. Ya, wajar saja, aku perantau di Ibukota bangsa ini, Jakarta namanya. Kota dimana katanya surganya mencari rezeki (ini hanya fana dan mitos belaka).
Kutemukan kisah baru di gedung kosan berkamar 4x4 ini. Kisah sukur penuh makna si ahli jagal rambut.
Achmad, namanya. Achmad atau biasa ku panggil kang Achmad, kelahiran Garut, sekitar 36 tahun lalu. "Saya tukang cukur mas di daerah Mampang" ujarnya saat kutanyakan apa pekerjaannya, Mampang? Ya, Waroeng Buncit No. 2 "sonoan" dikit, dekat tempatku sebelum ini mengais rezeki.
Kembali ke kang Achmad, dia seorang ahli jagal rambut yg terkadang di pandang sebelah mata (macam Jaja Miharja). Namun, tak kusangka dirinya seorang Haji yg bersahaja.
"Ya, nabung mas" jawabnya ketika kukatakan biaya naik haji tak murah. "Wah penghasilan kang Achmad besar juga ya?" Tanyaku selaras tersenyum, "lumayanlah mas walau kadang tak mencapai UMR" jawabannya buatku diam sejenak.
Usut kuperhatikan kuncinya ada pada sikap "nerimo"nya. Ya, seakan senyumnya menjawab "yang penting bisa makan dan berteduh dr panas dan hujan sisanya di tabung untuk mengejar keinginan", siratan senyum yang bernilai tinggi pikirku.